"...,...,..." :Saat Menunggu
- hana
- May 25, 2018
- 6 min read
Moment of Truth
Kisah Para Rasul 1:4
...Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, ...
1: 14
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama.....
2:1-4
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.....
Waktu itu adalah waktu yang sulit. Para murid Yesus berada dalam kesulitan dan bahaya. Tuhan Yesus sudah naik ke Sorga, siapakah yang akan menolong mereka? Dalam pengharapan, mereka menantikan seorang Penolong yang akan datang sesuai dengan janji Bapa. Roh Kudus akan datang dan para murid menantikan-Nya.
Bagaimana mereka menghabiskan waktu ketika menunggu? Mereka bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Berdoa meneduhkan hati, memberikan ketentraman, dan meredakan kekuatiran mereka. Mereka juga berdoa, mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam pekerjaan baru, tugas istimewa yang Tuhan persiapkan bagi mereka.
Bagaimana dengan kita, para murid masa kini, pada saat menunggu?
Moment of Grace
Menunggu bukanlah hal yang mudah bagi manusia di segala usia. Dalam menunggu, kita belajar sabar, bertekun, percaya, dan menantikan dalam pengharapan.
Saya teringat pada teman-teman kecil saya, murid-murid yang berusia 1,5-2 tahun. Di tengah semangat bereksplorasi dan hampir 'selalu sibuk', pada suatu saat mereka belajar tentang "Sabar...tunggu...". Untuk membuat miniatur pengalaman ini, 10-15 anak belajar sabar menunggu giliran naik mobil-mobilan. Sebuah puisi kami ucapkan bersama dengan anak-anak, didampingi orang tua mereka:
Saat menunggu...
Saat menunggu, kulipat tanganku
Kududuk di bangku, lalu kuhitung..
1...2...3...4...5...
Oohhh....sabarnya aku..
Lalu kami bertepuk tangan dan seorang anak yang sabar dapat giliran naik mobil-mobilan. Tentu saja, kami memperkirakan waktu yang tidak terlalu lama untuk mereka menahan keinginan mereka. Demikian juga 5 detik menjadi batas waktu mereka naik mobil dengan jarak yang pendek. Meskipun begitu, menunggu, tetap tidak mudah. Di setiap angkatan, selalu ada anak yang 'bergumul berat' untuk sabar menunggu.
Banyak hal dalam hidup yang meminta kita menunggu. Saya ingat kembali pada saat retina mata saya bocor beberapa tahun yang lalu. Menunggu kesembuhan, pada waktu itu, rasanya seperti berada di dalam panci presto (kutip istilah Yayan). Seorang dokter senior sudah mendesak agar mata saya di-laser, dengan kemungkinan malah katarak lebih awal. Dalam pergumulan saya berganti ke dokter lain yang namanya diakui di luar negeri. Meski tidak yakin dapat sembuh tanpa di-laser, dengan sabar, beliau memberikan kesempatan saya untuk menjalani pengobatan dan konsumsi makanan yang baik. OK! Berbulan-bulan saya berdoa,
"Tuhan, saya tahu bahwa Engkau berkuasa menyembuhkan saya. Bahkan tanpa treatment apa pun. Kalau boleh, saya mohon Tuhan sembuhkan saya tanpa laser, tetapi jika Tuhan berkehendak lain, tolong saya untuk mengerti tuntunan Tuhan. Apa pun yang Tuhan ijinkan, saya turut. Saat ini, mohon Tuhan memberkati makanan, vitamin, dan obat-obatan yang saya minum. Amin."
Tuhan menghibur saya melalui mas Dudut yang membelikan vitamin yang mengandung bilberry, serta Ibu Liena yang mencetak beberapa lembar info tentang kasus mata saya. Di tengah saat mengangkat beberapa plastik wortel untuk jus serta berbagai buah berry, atau pun ketika rasa takut, kekuatiran, dan pikiran buruk melintas saat mobil saya berhenti karena lampu merah, Tuhan mengingatkan lagu yang ditulis Ir. Niko ini di dalam hati saya,
"Saat ku tak melihat jalanmu,
Saat ku tak mengerti rencanaMu,
Namun tetap kupegang janjiMu,
Pengharapanku hanya pada-Mu.
Hatiku percaya.....s'lalu 'ku percaya"
Beberapa kali saya kontrol hingga setelah beberapa lama kemudian, dokter berkata, "Kita laser ya." Rasanya air mata sudah tak terbendung ingin mengalir keluar. Namun, akhirnya, saya pun setuju...sambil dalam hati terus berdoa. Kali ini saya berdoa, "jika masih boleh..." namun "jika tidak..." saya percaya Tuhan tetap memegang kendali atas segala sesuatu.
Hari 'H' tiba. Suami dan Ibu saya spesial menemani saya. Selama menunggu, obat tetes yang perih itu mulai masuk lagi ke mata saya. Hingga akhirnya tiba panggilan untuk saya. Sebelum masuk ruang tindakan, sekali lagi perawat mengambil foto retina saya. Tiba-tiba si perawat agak bingung, lalu meminta dokter melihatnya. Dokter minta menggunakan beberapa sinar yang berbeda beberapa kali. Lalu, dokter berkata,"Lubangnya gak ada lagi, bu." Saya kaget tapi juga legaaaa sekali. Saya tanya lagi,"Jadi, bagaimana dokter?" Jawab dokter,"Ya, terserah Ibu..sekarang mau ngapain. Belum pernah saya ketemu yang begini." Beliau tersenyum lalu pergi. Tinggal si perawat yang menunjukkan foto tersebut kepada saya,"Udah gak lubang, Bu."
Puji Tuhan! God is so good! Rasanya seperti 'panci presto' ini bersiul, "Tuittt!!" ...lalu tutup panci terbuka dan saya meluap keluar...berlari-lari kegirangan, seperti anak sekolah saat keluar main...teng..teng..teng.
Meskipun tidak persis sama, saya mencoba merasakan tekanan dan pergumulan para murid Yesus pada waktu itu. Saya pun rasanya dapat menghayati bagaimana bertekun dalam doa saat menunggu. Saya pun dapat membayangkan betapa mereka bersukacita saat Roh Kudus, yang mereka tunggu-tunggu, turun dan melawat mereka.
Secara khusus, dalam perjalanan hidup ini, saya bersyukur untuk masa kesesakan yang lalu. Saya percaya bahwa Roh Kudus-lah yang telah menolong saya untuk berharap, percaya, dan bertekun dalam doa. Saya sungguh mengucap syukur. Dengan berbagai cara, saya dan Anda yakin bahwa Tuhan memberikan pengalaman menunggu dan sukacita di ujung pergumulan tersebut.
Minggu ini, kita memperingati Pentakosta, hari ketika Roh Kudus turun ke atas para murid. Kita bersyukur, karena ada Roh Kudus yang senantiasa menolong kita dan memberi kita inspirasi, kekuatan dan kuasa untuk mengerjakan pekerjaan istimewa-pekerjaan baik yang Tuhan persiapkan bagi kita. Secara pribadi, melalui mata yang Tuhan sembuhkan, saya merasa Tuhan mempersiapkan saya, salah satunya, untuk membaca dan menulis hal-hal baik untuk dibagikan melalui blog ini. Bagaimana dengan Anda? Pekerjaan baik apa yang Tuhan ingin Anda kerjakan? Apakah saya dan Anda siap mengerjakan pekerjaan baik dari Tuhan? Apakah saya dan Anda bersedia bertekun dalam doa?
Sungguh, sebuah pengalaman penuh anugerah.....
Hatiku Percaya - True Worshipers
This is Your Moment
Minggu ini, anak-anak sibuk mengikuti Final Test di sekolah. Bagi anak-anak dan para remaja, menunggu akhir masa ujian ini rasanya cukup melelahkan juga. Sebagian remaja lagi, menunggu pengumuman penerimaan dari universitas dengan berdebar-debar. Orang-orang muda menunggu sidang skripsi dan kemajuan disertasi mereka. Orang-orang dewasa menunggu Tuhan membuka pintu kesempatan sekolah kembali atau pun pekerjaan yang baik.
Seorang Ibu sedang menunggu perkembangan janin di dalam rahimnya. Para orang tua yang memiliki anak batita menunggu saat anak mereka bisa berjalan atau bicara. Para orang tua remaja menunggu remaja mereka berbicara dari hati ke hati.
Para senior menunggu kunjungan anak-cucu di hari libur yang akan datang. Memasuki masa pensiun, beberapa senior berdebar-debar melihat jumlah uang dalam tabungan. Sebagian kaum senior yang sendirian dan makin kesepian....menunggu dan bertanya, "Kapan Tuhan memanggil saya pulang?" Sebagian orang lagi, bergumul menunggu Tuhan memberikan kesembuhan. Sebagian yang lain, yang memiliki plak di pembuluh darah sekitar jantungnya, menunggu pertolongan Tuhan melalui obat-obatan dan pola hidupnya yang mulai berubah.
Dalam 'saat menunggu' seperti apa, Anda dan saya berada saat ini? Ketika menunggu, apa yang kita lakukan? Apakah kita bertekun dalam doa dengan tetap dalam pengharapan kepada Tuhan? Mari berdoa mohon Roh Kudus menolong kita dalam saat menunggu.
Let's Make Every Moment Count!

Ketika menunggu, saya berdoa agar saya dan Anda memiliki dan menunjukkan sikap hati yang baik. Tetaplah percaya bahwa Tuhan menyiapkan sesuatu yang baik untuk kita dan bagi kemuliaanNya. Mari belajar menunggu dengan bertekun dalam doa dan memuji Tuhan.
Di akhir minggu ini, akan sangat menyenangkan bincang-bincang tentang 'Saat Menunggu' dan 'Sabar' dengan anak-anak berbagai usia, sambil membuat roti:
1. Mari mencari resep untuk roti, donat, atau pizza. Pilihlah yang menggunakan ragi supaya ada 'saat menunggu'.
2. Ajak anak mengaduk tepung, air, telur, susu, atau pun minyak / mentega sesuai dengan resep pilihan keluarga.
3. Bagian penting yang harus diperhatikan adalah saat mengaduk ragi dengan air hangat kuku dan mengaduknya dengan tepung dkk.
4. Setelah menutup baskom adonan dengan lap lembab, mari duduk di tempat yang santai sambil minum coklat hangat atau sari jeruk dingin yang segar.
5. Mulailah dengan menjelaskan 'apa yang akan kita lakukan saat menunggu adonan mengembang?'.
6. Object lesson : kita tidak melihat siapa / apa yang bekerja melembutkan dan meniup adonan sehingga mengembang, tetapi kita tahu bahwa ada ragi yang bertugas melakukannya. Demikian juga Alkitab bercerita kepada kita tentang Roh Kudus. Meskipun kita tidak melihatNya dengan mata, tetapi Dia bekerja di dalam hidup kita, dalam segala peristiwa, dan juga....'saat kita menunggu'.
7. Mari akhiri dengan DOA.
Think it over....:
Bagaimana jika kita lebih dulu memulainya? Kemudian kita memberi teladan dan mengajak anak-anak serta para remaja juga belajar menunggu dengan bertekun dalam doa dan sikap hati yang baik. Kiranya Roh Kudus menolong dan memberi kita kuasa untuk melakukannya.
Moment to Share
Apakah Roh Kudus mengingatkan kita pada seseorang yang sedang dalam pergumulan dan menunggu sesuatu? Mari menyapa, atau pun mampir untuk mendoakan dia. Mari menjadi alat di tangan Tuhan untuk melayani orang-orang tersebut. Kiranya Roh Kudus menyertai kita dengan kuasaNya.
Berdoa, sebuah pekerjaan baik juga, bukan? Selamat menjadi berkat.
Related Articles :
Comentarios