Dare to Dream
- hana
- Sep 14, 2018
- 5 min read
Moment of Truth
Yeremia 29:7
Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Di mana pun kita tinggal saat ini, mungkin saja bukan di tanah kelahiran kita. (Namun, di dalam iman, kita semua menantikan rumah kita sesungguhnya, di mana kita bersama Tuhan di Sorga). Bisa jadi tempat kita lahir di sebuah kota, tumbuh besar di negara lain, kemudian menikah dan membangun kehidupan di tempat yang berbeda lagi.
Dalam masa hidup, di belahan dunia mana pun saat ini saya dan Anda tinggal, setelah beberapa waktu masa adaptasi dan menjadi 'nyaman', kadang saya lupa bahwa ini bukanlah tempat saya hidup selama-lamanya. Saya masih dalam perjalanan dan menunaikan tugas yang Tuhan percayakan dalam hidup ini, di tempat ini. Hmmm...sungguh berharap dapat kredit "Well done!" ketika pulang ke rumah Tuhan nanti.
Setelah nyaman....apakah saya lupa pada misi yang Tuhan berikan? Setelah nyaman...apakah lupa berdoa buat kota, bangsa, dan negara tempat saya tinggal? Setelah nyaman...apakah saya lupa mengusahakan kesejahteraan orang-orang di sekeliling saya? Hmmm....hmmm....
Bagaimana dengan Anda?
Moment of Grace
Dulu, ketika di sekolah masih ada pelajaran pribahasa, dan masih saling bertukar diary dengan kata kenangan dari para sahabat, kalimat ini sering terdengar, "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit." (Hihihi....ketahuan angkatan berapa ya? Kata Bu Anne,"Manusia purba (haizzz!)". Sekarang, jaman now, rasanya tidak pernah dengar lagi kalimat itu.
Dulu, cita-cita saya, cukup mengeluarkan 2 jari untuk menunjuk universitas ternama di Indonesia; di Bandung atau di Jakarta (atau kampus baru di Depok). Sekarang, anak saya, menggelar peta lebih lebar, melihat jauh ke kiri, ke atas, atau ke bawah, menyeberang, terbang jauh, dan berselancar bersama Om Google untuk mencari informasi mengenainya.

Dulu, saya fokus pada apa yang ingin saya pelajari dan apa yang bisa dilakukan dengan ilmu yang menarik hati saya. Sekarang, luar biasa spesifik bidang-bidang baru dan teknologi yang dikembangkannya. Juga, sudah umum untuk menggelar seminar tentang prospek di abad mendatang, peluang karier, posisi, bahkan mendengarkan promosi beberapa pekerjaan dengan gaji fantastis. Semua agen sekolah berlomba mengemas dengan cantik dan menawarkan mimpi (=cita-cita) yang indah.
Bukan berarti anti terhadap mimpi...karena suami saya bahkan sering tersenyum geli dan mengatakan bahwa saya adalah 'gadis pemimpi'...tapi, mimpi apa dulu, kan? (Gapapa lah... mumpung mimpi masih gratis....hehehe).
Memikirkan tentang mimpi, jadi penasaran, mimpi itu bisa diwariskan atau gak, ya?
Tiba-tiba saya ingat pada Kakek dan Nenek. Sesederhana apa pun orang yang pernah bekerja pada Kakek, di kemudian hari mereka memiliki ketrampilan istimewa dan hidup makin sejahtera. Ada yang mulai sebagai karyawan pendaftaran pasien, ada yang membonceng Kakek naik sepeda untuk mengobati pasien di desa, atau pun asisten rumah tangga, sekarang bisa bekerja di sekolah, memiliki usaha sendiri, dan anak-anak, keturunan mereka dapat sekolah dan bekerja lebih baik.
Setelah Kakek, saya coba telusuri generasi ke-2; Ibu, Pakde-Bude, dan Om-Tante. Ooohhh...terharu...sedemikian rupa mereka memiliki hati untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan orang-orang di sekitar mereka. Saya rasa, saya merekam hati dan perhatian beliau-beliau terhadap rakyat sederhana dan menyimpan mereka dalam mimpi untuk menyejahterakan masyarakat. Saya ingat pada Om, seorang dokter yang senang meneliti. Beliau menemukan bahwa anak-anak SD di sebuah desa memiliki masalah kebersihan telinga dan menolong mereka. Tidak hanya bersih dan sehat, tetapi kemudian anak-anak itu prestasi akademiknya meningkat. Teringat juga suatu saat, ketika saya diajak oleh Om lain, yang bekerja di badan perencanaan daerah untuk duduk makan 'Soto Rusuh' di pasar desa yang sederhana. Begitu juga Bude dan Pakde, pendeta yang mencintai pemulung. Mereka membuat kelas untuk para pemulung dan mengajak saya membawa murid-murid kecil ikut menyumbangkan mainan ke pasar murah mainan anak-anak untuk dijual kurang dari Rp.5000,- Hmmm....masih banyak yang muncul kembali dalam ingatan saya. (Maklum, keluarga besar). Sungguh bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan untuk menyaksikan dan mengalaminya.
Penasaran....mencoba menelusuri generasi ke-3; saya, para kakak dan adik. Sepertinya, kami juga pewaris mimpi Kakek. Ada yang konsentrasi di kesehatan, membantu program keselamatan ibu dan bayi, alzheimer, perencanaan nasional, kemiskinan dan masalah demografi, merancang program mission trip para remaja berkebun di desa, pendidikan (dari bayi hingga mahasiswa dan orang tua), musik dan theologi. Hmm...walaupun konsentrasi berbeda-beda, tetapi semua mengusahakan kesejahteraan orang banyak, bukan? (Wahhh...terharu lagi...). Andaikata Kakek-Nenek masih hidup, saya harap mereka dapat tersenyum dengan penuh syukur pada Tuhan. (Hmmm...sambil berpikir ke generasi ke-4; anak dan keponakan-keponakan).
Saya rasa, Anda juga jadi teringat pada pengalaman Anda dengan keluarga Anda. Kisah kita bisa sama, tetapi juga bisa beda. Namun, mungkin saya dan Anda jadi berpikir, "Sungguh ajaib! Bagaimana cara Tuhan menghadirkan mimpi itu dan menjaganya dari generasi ke generasi? Bagaimana Tuhan membangkitkan generasi berikutnya untuk meneruskan mimpi yang Tuhan tanamkan di dalam generasi sebelumnya?" Lebih jauh lagi...."Bagaimana Tuhan menaruh kerinduanNya dalam mimpi-mimpi kita?" Hmmm....apakah karena ini tentang DIA ....dan kisahNya yang belum 'sepenuhnya selesai'?...hmmm...
Kembali ke jaman now, dengan segala persiapan meluncurkan para remaja ke masa depan.....mimpi apa yang akan mereka bawa? Selain bidang yang kekinian dan menjawab tantangan masa depan, perusahaan keren yang menjadi tujuan, gaji yang dapat menyokong hidup mandiri bahkan lebih dari itu, mungkin juga pengalaman yang luas dari dalam dan luar negeri,....apa lagi selain itu? Di antara sederet mimpi, apakah mereka juga mulai bermimpi untuk menjadi alat Tuhan (melalui profesi dan keahlian mereka) untuk membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi umat manusia? #prayharder...hmmm....
Kukuruyukkk....yuk, bangun! Mari bekerja selagi hari masih pagi!
Sungguh, sebuah pengalaman penuh anugerah.......
Seperti HatiMu - UX Band
This is Your Moment
Mari berdoa bagi para remaja dan anak-anak kita. Kiranya Tuhan menaruh kerinduan hatiNya di dalam hati mereka. Kiranya terus menggumuli panggilan dan rencana Tuhan bagi hidup mereka. Kiranya mimpi, cita-cita mereka adalah untuk memuliakan Tuhan. Kiranya melalui keahlian dan profesi mereka, mereka menjadi berkat bagi banyak orang.
Amin.
Let's Make Every Moment Count!
Di antara beberapa langkah mempersiapkan remaja kami untuk 'terbang', saya teringat pada percakapan pendek-pendek yang tersebar secara natural dalam perjalanan kami:
Ketika remaja kami mulai mempertimbangkan jurusan mekatronik, kami mulai berbagi cerita tentang otomatisasi. Kami berbagi cerita tentang jumlah penduduk yang besar dan bahwa banyak orang membutuhkan pekerjaan. Di sekitar waktu itu, ada tayangan TV tentang seorang dari Pasukan Orange Jakarta yang masuk jauh ke dalam air kotor dan bau untuk membersihkan gorong-gorong.

Lalu saya berkata,"Aahh, andai nanti Yosia menjadi pencipta robot, pekerjaan berbahaya semacam itu biar dikerjakan robot saja, ya?" Sekali lagi kesempatan datang ketika proses evakuasi kapal di Danau Toba beberapa waktu yang lalu.
Sebuah pesan kecil dari dalam hati....hmmm...semoga menjadi bagian dari mimpi remaja kami untuk menjadi berkat dan mengusahakan kesejahteraan orang banyak.
Selama 2 minggu di bulan September ini, saya dan teman-teman mendapat kesempatan istimewa mendengar kisah tentang mimpi rumah susun. Luar biasa pergumulan dan mimpi mulia untuk kesejahteraan rakyat Jakarta. Tidak kalah seru, kisah tentang orang-orang dan lembaga yang bergandengan tangan melanjutkannya dengan membimbing anak-anak untuk belajar, mengajar bernyanyi dengan teknik yang baik, memimpin senam lansia, memberi makanan bergizi yang berkelas, dan orang-orang luar biasa yang dengan cinta, tekun mengelolanya. Saya harap, ada kesempatan yang baik untuk membawa para remaja beserta keluarga untuk mengambil bagian dalam pekerjaan yang baik ini. (#colektemanteman).
Bagaimana versi Anda dan remaja Anda? Yuk, bersama-sama mempercakapkannya. Kiranya Tuhan senantiasa memberi hikmat bagi Anda dan saya.
Moment to Share
Dengan begitu ajaib, Tuhan merancang dan mengirimkan banyak orang berkolaborasi dalam misi. Kadang, lebih dari kolaborasi, kita bahkan merasakan bahwa Tuhan menopang kita, para orang tua untuk mengerjakan misi pengasuhan ini.
Salah 1 yang Tuhan kirimkan bagi kami adalah Ibu Grace dan teman-teman dari Yayasan Musik Amadeus. Mereka mengajar para murid sejak muda, memakai talenta mereka untuk menjadi berkat. Sungguh istimewa melihat para pemusik ini berasal dari berbagai usia, suku, bangsa dan agama. Keren!! Kali ini, kesempatan ke-3 mereka bersiap mengadakan Konser Amal, membawakan lagu-lagu hymne, untuk saudara-saudara di Papua, 27 Oktober 2018 yang akan datang.

Mari mendoakan mereka. Jika Anda berkenan, mari hadir dan menikmatinya.
Comentários