Kacamata Anugerah
- hana
- Jun 8, 2018
- 5 min read
Moment of Truth
Kisah Para Rasul 9:19b-31
19:21 Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: "Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?"
19:26 Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid.
19:27 Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.
Bagaimana mungkin para murid, para rasul tidak takut dan curiga pada Saulus? Belum hilang ingatan tentang apa yang diperbuatnya pada Stefanus. Belum lagi hal lain-lain. (Saya pun rasanya merinding membayangkan situasi para murid saat itu).
Namun, diantara kisah menegangkan sebelum dan sesudah ini, terselip sebuah kalimat yang menyentuh hati tentang Barnabas. Barnabas memiliki keberanian untuk menerima Saulus. Ia menjadi penjembatan ("bridge person"-IVP Commentary New Testament Series). Barnabas memperkenalkan seorang yang baru bertobat ke dalam persekutuan orang beriman. Itu adalah sebuah perbuatan yang sangat baik. Sebagaimana Barnabas, bila ada kesempatan untuk melakukannya, kita pun harus siap sedia (Matthew Henry). Hmm....tarik nafas dalam-dalam...tidak mudah lho...tapi saya dan Anda perlu belajar.
Kita mengenal kisah selanjutnya dan membaca banyak surat dalam Perjanjian Baru tentang bagaimana Roh Kudus menyertai Paulus (dahulu Saulus) dengan kuasaNya. Sedikit-banyak...kita percaya...ada peran dari penerimaan Barnabas, yang digerakkan Roh Kudus untuk memandang dengan kacamata anugerah.
Bagaimana dengan relasi kita, para murid Tuhan masa kini? Apakah kasih dan penerimaan telah hilang....atau masih mewarnai relasi kita hari-hari ini? Setelah hidup bertekun dalam doa dan berbagi, bersediakah kita memandang satu sama lain dengan kacamata anugerah?
Moment of Grace

Kacamata anugerah - kelas Daud (koleksi pribadi)
Kadang, bahkan seringkali, kita justru belajar dari anak-anak. Anak-anak memiliki hati yang luas untuk menanggapi kesalahan orang lain dan menerima kembali ketika dia meminta maaf. Saya sering tersenyum ketika mendengar komentar anak saya tentang teman-temannya. Meskipun saya tahu ada yang kurang berkenan di hati para orang tua, namun anak saya berkomentar, "Dia baik, Mami" atau "Dia sebenarnya baik." Hmm...mungkin kita sebagai orang dewasa-lah yang harus sering-sering me-lap 'kacamata' kita...hehehe...
Barnabas memberikan teladan bagi kita tentang memandang orang lain lewat kacamata anugerah. Roh Kudus melembutkan hatinya dan memakainya menjadi jembatan bagi Saulus. Ia percaya bahwa Tuhan yang dapat merubah seorang, telah menyentuh Saulus dan mengubahnya.
Alkitab menyaksikan bagaimana sentuhan Ilahi yang begitu dahsyat itu, terjadi dalam hidup Saulus. Sebuah panggilan luar biasa-yang mengubah Saulus (orang yang 'bukan biasa-biasa saja') menjadi Paulus. Bagaimana mungkin berbalik sedemikian hebat? Kisah yang rasanya 'dramatis', (Cahaya yang memancar dari langit, yang mengelilingi dia dan membuatnya rebah ke tanah), Tuhan pakai untuk menyatakan diriNya kepada Saulus (Kisah 9:3-5). Peristiwa ini seolah-olah menjadi 'dramatic entrance' bagi Tuhan Yesus untuk memasuki chapter baru dalam kisah hidup Saulus dan bagi Roh Kudus, yang terus berkarya mengubah Saulus menjadi Paulus, dan menguduskan Paulus agar makin hari makin serupa dengan Kristus.
The Call of Saul to Paul - IKE MENS CHANNEL
Kisah ini sekali lagi mengingatkan saya pada moment of grace yang Tuhan berikan melalui pengalaman anak saya. Ketika SMP, meskipun ia mulai sebagai 'korban' 'bullying', namun Tuhan menolong dia mengakhiri masa SMP sebagai 'channel' anugerah. Seorang teman yang cenderung 'selebor' dan selalu berbuat kesalahan dalam group project mereka, mengalami kasih dan penerimaan sehingga berhasil menyelesaikan video project mereka 'dengan selamat'. Beberapa hari kemudian, tak terduga, anak ini tiba-tiba duduk dan mencurahkan kesedihannya tentang relasi orang tuanya yang retak kepada anak saya. Lalu dia mengajak anak saya, dan seorang teman lagi untuk bermain ke rumahnya.
Ketika pulang, di dalam mobil anak saya dengan hati-hati menceritakan hal ini, sambil meminta pendapat saya tentang undangan bermain itu. Saat itu, saya pun serasa dipinjami 'kacamata'-nya. Kami pun bertekad menyatakan kasih kami kepada dia dengan cara menerima undangan bermain tersebut. Ketika mengantar anak saya ke rumahnya, anak itu menyambut dengan senyum, meskipun matanya masih layu. Saya jadi terharu setiap kali mengingatnya. Hmm....meskipun sekarang sudah beda sekolah....kiranya Tuhan senantiasa memelihara dan menghibur anak itu.
Memikirkan teman tersebut, saya jadi teringat kalimat ini:
" I have become convinced that if God stands a child before you, for even just a minute, it is a divine appointment."
- Wess Stafford
Mungkin kita tidak menduga kapan dan mengapa Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang. Apakah kita siap sedia untuk memandang anak atau orang tersebut melalui kacamata anugerah? Kiranya Roh Kudus senantiasa menolong kita.
Sungguh sebuah pengalaman penuh anugerah.....
This Is Your Moment
Hari ini saya teringat kepada Fenny, seorang sahabat yang berhati lembut dan begitu dewasa. Tanggal 22 Januari 2018, yang lalu, Fenny menulis surat kepada saya, dan mengingatkan saya tentang bagaimana kami saling memandang lewat kacamata anugerah. Saya ingin berkata, "Fenny, thanks, dear....". Saya juga ingin mengatakan bahwa, jika hari ini saya dapat melakukannya, salah satunya adalah karena seseorang, ( Ibu Mimi G., seorang senior, mentor saya) telah lebih dulu Roh Kudus gerakkan untuk melihat saya lewat kacamata anugerah. Apakah pengalaman saya ini juga mengingatkan Anda pada seseorang?
Alangkah indahnya memiliki teman-teman yang Tuhan beri di sekeliling kita. Mari ijinkan teman-teman melihat ketidaksempurnaan, pergumulan kita, dan menikmati proses Roh Kudus dari waktu ke waktu mengubah kita makin hari makin serupa dengan Kristus.
Demikian juga terhadap teman kita. Mari kita memandang mereka dengan kacamata anugerah. Mari berjalan bersama, menyatakan kasih dan penerimaan kepada mereka. mendoakan, serta merayakan pertumbuhan mereka.
Let's Make Every Moment Count!
Bagaimana dalam relasi kita dengan pasangan kita? Atau dengan anak-anak serta remaja kita? Atau dengan rekan kerja atau staf kita? Apakah minggu ini adalah moment untuk menyampaikan evaluasi / feedback?
Apakah kita telah memandang mereka dengan kacamata anugerah? Apakah kita juga telah menjadi 'channel' anugerah bagi keluarga kita? Apakah mengapresiasi pertumbuhan dan hal baik yang muncul dari keluarga kita atau pun rekan kerja kita, sudah menjadi salah 1 gaya hidup kita? Hal ini sangat bermanfaat, bukan? (...ataukah kita sudah siap dengan list teguran dan kesalahan keluarga atau rekan kerja kita?) Hmm...bagaimana jika kita terus berlatih dan mengembangkan sesuatu yang baik tentang hal ini?
Mungkin beberapa langkah ini dapat menolong kita:
1. Mari berdoa mohon Roh Kudus menolong kita untuk melihat dengan sukacita perubahan dan pertumbuhan pasangan, anak-anak dan remaja kita (atau pun rekan kerja kita).
2. Jika belum terbiasa mengungkapkan secara spontan, kita dapat menulisnya dan memikirkan baik-baik kalimat yang baik dan akan membangun bagi mereka. Bisa juga kita tulis dalam sebuah kartu kecil yang cantik.
3. Boleh juga kita siapkan makan siang atau makan malam spesial kesukaan pasangan/ anak/ remaja kita (...atau pun pergi makan bersama dengan tim di pekerjaan kita). Saat makan, suasana cair, nyatakan secara terbuka apresiasi kita.
4. Tetap semangat!! Saya dan Anda dapat meminta Roh Kudus mengajar kita dari hari ke hari dan memampukan kita melihat lewat kacamata anugerah serta menaruh di dalam mulut dan pikiran kita kata-kata yang baik serta membangun.
Moment to Share

Terimakasih untuk para Ayah yang sudah memandang lewat kacamata anugerah. Terimakasih untuk kasih, keberanian untuk mendukung dan mengharapkan pertumbuhan kami.
Kiranya para Ayah senantiasa Tuhan limpahkan hati yang penuh dengan belaskasihan dan anugerah, seperti Tuhan Yesus. Kiranya melaluinya, kami dan banyak orang, merasakan belaskasihan dan anugerah Tuhan....dan mengalami pertumbuhan.
Have a blessed day, Dads. Gbu abundantly..
Selah - "Wonderful Merciful Savior" (Official Video)-youTube
Related Articles:
Comments