Belajar Mengembangkan Hati Yang Bijak (Strategi-2)
- hana
- Apr 28, 2018
- 4 min read
Moment of Truth
Amsal 4:1-7
4:1 Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, 4:2 karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku. 4:3 Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, 4:4 aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup. 4:5 Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. 4:6 Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. 4:7 Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.
Piper Cute Bird from Pixar - youtube
Moment of Grace
"Ooohhhh....so sweet...". Film pendek manis yang menyentuh hati. Mengamati burung belajar mencari makan dan terbang, rasanya mewakili pergumulan kita, para orang tua, mengantar anak-anak ke kemandirian. Hmmm...harus...perlu...tapi... tidaklah mudah. Walaupun sudah bertekad dan menguatkan hati melihat anak menghadapi dan bergumul dengan masalah sepanjang hari, tetap saja di malam hari, saya mampir dan memeluknya ketika dia tidur. "Ingat-ingat... bahwa masalah itu alat yang Tuhan pakai untuk menumbuhkan!"
Setiap kali menghadapi masalah, kita dan anak-anak harus membuat keputusan dan menentukan pilihan. Melalui pelajaran membuat keputusan, Tuhan juga mengajar kita dan anak-anak untuk mengembangkan hati yang bijak. Baiklah, hari ini, saya dan Anda akan menggumuli strategi kedua, yang Paul Tripp tulis dalam Masa Penuh kesempatan, yaitu: mengajar anak remaja mengambil keputusan yang bijaksana-sebuah proses pengambilan keputusan yang Alkitabiah.
Mustinya, belajar membuat keputusan tidak terjadi tiba-tiba. Walaupun saat kecil, anak-anak bergantung pada keputusan kita, tetapi secara bertahap, mereka belajar membuat keputusan.
Saya mencoba memutar kembali rekaman ingatan pada masa-masa pertumbuhan anak saya. Saya mengingat dengan penuh syukur dan menyaksikan kebenaran tentang memberi landasan bagi anak-anak di usia awal tentang otoritas. Melalui kita sebagai wakil Tuhan yang anak-anak lihat, anak-anak belajar tentang menaklukkan diri, menghormati dan menaati otoritas. Meskipun melewati peristiwa-peristiwa tangisan frustrasi, teriakan pemberontakan, menyaksikan anak 3 tahun mengeringkan lantai dengan kain karena tumpahan air dari dispenser yang dimainkannya....fiuhhh....lewat juga dengan selamat. Teringat pada satu peristiwa tegang ketika saya terpaksa mengeluarkan anak ke teras dan tidak mengijinkan dia masuk selama beberapa menit...hingga dia memutuskan untuk minta maaf. Mungkin seperti itu ilustrasi di taman Eden. Dosa memisahkan kita dari Allah. Puji Tuhan! Kesempatan pertama bagi Yosia belajar membuat keputusan adalah keputusan untuk minta maaf dan taat.
Yup...mampu membuat keputusan, rasanya tidak terjadi sekejap. Secara bertahap, kesempatan untuk membuat keputusan-keputusan kecil kita buka bagi anak-anak, bukan sebagai pilihan yang super bebas, tetapi pilihan di antara 2 atau 3 hal. "Mau pilih baju merah atau biru?" Saya pun beberapa waktu belajar menerima warna merah pilihan anak saya.
Sekarang, ketika anak remaja, saya dan suami terus bergumul mendampingi dan melatih dia membuat keputusan. Apa saja prinsip dari kebenaran Firman Tuhan yang mustinya menjadi kriteria yang kami sepakati? Salah 1 yang sering saya dan suami sebutkan adalah: "Prinsip Alkitab: kalau kita setia dalam perkara kecil, kita akan diberikan perkara yang besar". Maka, kami menekankan pentingnya kesetiaan dan tanggung jawab untuk kesempatan dan kepercayaan yang sudah kami berikan. Tentu saja, jika tidak demikian, hak dan kesempatan itu kami cabut hingga dia siap menerima kembali. Prinsip lain yang sering kami bicarakan adalah I Korintus 10:23 : "Apakah boleh? Apakah benar? Apakah berguna?" Puji Tuhan! Walaupun kami sampaikan dengan gaya santai dalam percakapan sehari-hari, kelihatannya bisa diterima juga. Semoga dia bisa melihat bahwa kami, orang tuanya, belajar menilai dan menimbang, dan membuat keputusan dengan bijaksana Tuhan.
Jujur, mengajar anak remaja membuat keputusan tidak mudah. Seringkali saya dan Anda harus menghadapi ketakutan kita sendiri. Kalau ada tanda-tanda kemungkinan menuju keputusan yang tidak tepat, rasanya ingin lari...cepat-cepat meraih kendali. Aduhhh....malu juga...Mustinya selalu ingat," Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu". Hidup saya, Anda, dan para remaja, ada di dalam tangan Tuhan. So, gak usah kuatir, dong. Ternyata tidak hanya anak-anak yang mengembangkan hati yang bijak nih, ..... kita juga. Hmmm....sungguh-sungguh mohon Tuhan tolong kita.
Sungguh, sebuah pengalaman penuh anugerah.......
This Is Your Moment
Meskipun para remaja merasa tidak membutuhkan pertolongan, bahkan merasa intervensi dan pengajaran kita yang penuh kasih, dianggap sebagai campur tangan yang tidak mereka inginkan, mari tetap memenangkan mereka menuju cara Tuhan. Mari terus ingat bahwa Tuhan memanggil kita menjadi alat hikmat dalam kehidupan remaja kita. Apakah Anda rindu berdoa bersama saya?
1. Mari berdoa agar Tuhan memberi kita kesabaran dan ketekunan, meskipun mungkin mereka menolak.
2. Mari berdoa agar Tuhan menolong kita tetap dalam sikap hati yang rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
3. Mari berdoa agar Tuhan menolong kita terus ingat untuk tenang dan percaya bahwa kita dan anak-anak berada di dalam tangan dan kendali Tuhan.
4.Mari berdoa agar Tuhan membuka kesempatan-kesempatan, wisdom moments, untuk kita dapat menolong para remaja belajar mengembangkan hati yang bijak dengan membuat keputusan yang Alkitabiah.
Think About Such Things -Steve Green
Let's Make Every Moment Count!
Di akhir minggu ini, mari mengambil kesempatan untuk bercakap-cakap dengan anak-anak.
1. Cobalah memulai percakapan tentang hal-hal apa yang selama seminggu ini sering kita pikirkan. Secara bergantian, Papa, Mama, dan anak-anak, satu per satu menceritakannya.
2. Adakah pergumulan atau masalah yang terkandung dari pemikiran setiap anggota keluarga? Misalnya: pemikiran tentang tugas kelompok yang belum selesai disertai rasa kesal pada teman yang tidak berpartisipasi. Mari menunjukkan minat dan mengajak seluruh anggota keluarga memperhatikan pergumulan tersebut.
3. Putarkan lagu "Think About Such Things" (Filipi 4:8) di rumah atau di mobil saat keluarga Anda berkumpul saat ini. Gunakan ayat ini untuk menjadi dasar menilai dan menimbang masalah ini bersama-sama.
4. Bagaimana Firman Tuhan menuntun Anda dan keluarga membuat keputusan terhadap sebuah masalah? Kali ini, terhadap masalah yang diungkapkan pada saat bercakap-cakap ini?
5. Mari bersyukur untuk wisdom moment ini. Gunakan kesempatan ini untuk mempromosikan Firman Tuhan yang membantu kita memutuskan dengan bijaksana.
6. Mari berdoa untuk kesempatan berikutnya yang akan Tuhan bukakan dan cara baru yang Tuhan ajarkan pada kita dan keluarga.
Selamat menikmati saat istimewa ini...
Moment to Share
Bagaimana jika Anda dan keluarga berbagi wisdom moment kali ini melalui sosial media? Selamat menjadi berkat!
Comentarios