top of page

Peraturan, Demi Siapa?

  • hana
  • Mar 23, 2018
  • 3 min read

Moment Of Truth

Filipi 2:5-8

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, ..... melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 ..... Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Moment Of Grace

Son Of Man -Gospel without words (Dan Stevers)

Tidak ada teladan yang lebih sempurna bagi kita, para orang tua, daripada Yesus Kristus yang telah merendahkan diriNya, taat kepada Bapa, dan menyatakan kasihNya hingga mati di kayu salib. Merendahkan diri adalah salah satu kesulitan terbesar bagi kita ketika berhadapan dengan anak-anak. Jauh lebih mudah menerima otoritas dari Tuhan dan mengingat bahwa secara 'ordo' (atau urutan), anak-anak harus hormat dan taat kepada kita, orang tua.


Celakanya, kita bahkan kadang lupa memposisikan hukum/peraturan/perintah Tuhan di atas peraturan kita. Kita sibuk mengajar anak 'berbudaya', sopan santun, namun, secara tidak sadar kadang lupa untuk lebih mengutamakan hati yang hormat kepada Tuhan. Jujur, sebagai orang tua, saya perlu terus mohon belas kasihan Tuhan untuk menjaga hati saya.


Sebagai guru, saya selalu menyambut anak di depan pintu. Setiap orang tua akan selalu mengingatkan anak untuk memberi 'tangan manis' dan memberi salam dengan hormat. Saya selalu ingat pada tangan-tangan mungil yang memberi salam kepada saya dengan senyum yang manis. Seringkali juga, tangan kiri bergerak cepat terulur bagi saya. Mama akan langsung panik dan menegur anak untuk mengulurkan tangan kanan. Dengan penuh pengertian, karena saya juga orang tua, saya langsung menerima tangan kiri dan tersenyum lebar memandang anak dan Mama. Sambil menyambut salam tangan kiri, saya juga mengulurkan tangan kanan saya dan berkata,"Nah, ibu Hana minta tangan satu lagi, boleh?" Anak akan langsung mengulurkan dengan gembira dan kami menggoyang-goyangkan kedua tangan kami yang bersilangan. Kemudian saya akan menjelaskan bahwa tangan kiri dan kanan semua baik dan pemberian Tuhan. Lain kali, boleh bersalaman dengan tangan kanan. Tiba-tiba wajah Mama legaaaa....hari itu harga diri Mama selamat...hehehe...


Mungkin kisah tersebut sangat sederhana dan bukan hal yang mutlak. Ada banyak pergumulan yang jauh lebih besar, apalagi bagi kita, para orang tua dari anak remaja. Saya yakin para orang tua remaja mengalami saat-saat di mana rasanya mau berteriak kepada mereka ;"Jangan kurang ajar kamu!" Hmm...kalau nyamuk, rasanya mau ditepok. Pada saat itu juga, kita sadar bahwa harga diri dan kehormatan kita sedang terancam.


Paul Tripp mengingatkan kita tentang bahaya dan kecenderungan hati kita, orang tua, yang juga manusia berdosa, yang banyak memiliki dorongan dan motivasi selain mengutamakan perintah Tuhan. Sebuah peringatan bagi kita, untuk terus menaklukkan diri di bawah peraturan Tuhan ketika menerapkan peraturan bagi anak-anak kita.

Kadang, dengan suatu cara, Hukum Tuhan tergantikan oleh hukum atau peraturan kita, yang muncul dari dorongan untuk memuaskan keinginan akan pengakuan, kontrol, kedamaian, kesuksesan, dan reputasi. Kita melakukannya demi kepentingan diri kita sendiri dan agar hidup kita lebih nyaman. Namun, nyatanya, anak-anak tidak diciptakan untuk kepentingan kita, tapi untuk Tuhan. Tuhan juga memikirkan dan memiliki tujuan untuk kebaikan anak-anak. (Parenting: 14 Gospel Principles Than Can Radically Change Your family, p.51)


Sekali lagi, sebelum kembali mengasuh anak-anak, mari merenungkan kembali: "Untuk apa dan demi siapa, saya dan Anda menerapkan peraturan dan mendidik anak-anak?" Meskipun Tuhan memberikan otoritas atas anak-anak kepada kita, mari mengingat bahwa mereka adalah milik Tuhan. Sesungguhnya, kita adalah hamba Tuhan yang sedang melayani anak-anak, jiwa-jiwa yang Tuhan kasihi. Apakah melalui saya dan Anda, mereka dituntun kepada anugerah Tuhan?


Makin mendekati hari peringatan Jumat Agung, mari kita terus mengingat teladan Tuhan Yesus. Kiranya Tuhan menolong saya dan Anda mengasuh anak-anak dengan rendah hati serta dalam penundukan diri dan ketaatan kepada Tuhan.


Sungguh, sebuah pengalaman penuh anugerah.....

This Is Your Moment

Kiranya lagu berikut ini menjadi doa saya dan Anda untuk selalu berdoa bahwa masa mengasuh anak-anak adalah masa untuk melayani mereka dalam kerendahan hati.

Make Me a Servant (Maranatha Singers)

Let's Make Every Moment Count!

Salah 1 kisah dari buku Kebenaran Utama Bagi Anak ini, yang situlis oleh Susie dan Richie Hunt, rasanya menarik juga untuk kita ceritakan pada saat altar keluarga kita akhir minggu ini.

Bagian ke-19, halaman 82-86 dari buku ini membahas tentang Matius 22:36-39, yaitu intisari dari 10 Perintah Allah melalui kisah Caleb dan Scotty, dan tentang 2 Tawarikh 6:14, yaitu janji untuk mencari Tuhan dengan segenap hati.


Melalui kisah ini, kita dapat bercakap-cakap dengan anak dengan beberapa pokok pikiran berikut ini:

1. "Hmm...setiap hari akan selalu ada pencobaan untuk tidak menaati Allah,


2......tetapi kita harus berpegang pada kovenan (janji) untuk mencari Allah dan hidup menurut perintah-perintahNya.


3. Kita bersyukur karena ada Roh Kudus yang menolong kita untuk dapat melakukannya. Sungguh, suatu anugerah bagi kita."


Di akhir altar keluarga, mari berjanji untuk saling mengingatkan untuk taat pada perintah Tuhan dan mencari Tuhan dengan segenap hati. Cara-cara kreatif apa yang Anda dan keluarga sepakati untuk lakukan? Apakah melalui post-it di kulkas, pesan lewat ponsel, atau cara lain?

Moment to Share

Mari bagikan pengalaman dan komitmen Anda sekeluarga untuk menaati perintah Tuhan secara kreatif kepada orang lain melalui media sosial. Selamat menjadi berkat!


Comments


bottom of page